ArticlePDF AvailableAbstractUdang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 70 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei PADA TAMBAK PENDAMPINGAN PT CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk DI DESA RANDUTATAH, KECAMATAN PAITON, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Enlargement Technique of Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei on Mentoring Pond of PT Central Proteina Prima Tbk in Randutatah Village, Paiton, Probolinggo, East Java Muhammad Ghufron1*, Mirni Lamid2, Putri Desi Wulan Sari2 dan Hari Suprapto2. 1Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya 2Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya * Abstrak Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Kata kunci Udang Vaname, Tambak, Pakan, Kualitas Air, Hama dan Penyakit Abstract Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei is one of the fisheries commodities which have a high economic value. Productivity of this commodity can reach over kg/ha. The objective of this internship is to acquire knowledge and experience about enlargement technique of vannamei shrimp. The intersnship was held in mentoring pond of PT Central Proteina Prima Tbk on January 20 until February 21, 2017. The location of that pond was in Randutatah Village, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. The method used during the internship was the descriptive method. The descriptive method included an interview, an observation, and an active participation during the enlargement process of vannamei shrimp. The collected data from that method were the primary data and the secondary data. The primary data involved the shrimp growth, water quality, and feeding management during the aquaculture process. The secondary data involved the result of some literature studies about the technique of shrimp enlargement. The secondary data were also collected from the support document about the company history, organization structure, and facilities in shrimp aquaculture. The activity of vannamei shrimp rearing culture during the internship included covering pond preparation, shrimp stocking, feed and water quality management, pest and disease control, harvesting, and marketing aspect. Keywords Vannamei Shrimp, Pond, Feed, Water Quality, Pest and Disease PENDAHULUAN Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis udang yang permintaannya cukup tinggi baik di dalam Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 71 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 maupun luar negeri yaitu udang vaname Litopenaeus vannamei. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan kebutuhan udang vaname di Jepang ton/tahun, Amerika Serikat sebesar ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru memproduksi udang vaname sebesar ton/tahun. Hasil tersebut belum mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi udang vaname ditingkatkan menjadi ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut Erlando et al., 2015. Di Indonesia, keberadaan udang vaname sudah bukan hal yang asing lagi karena keunggulan-keunggulan yang dimi-liki oleh udang introduksi tersebut telah berhasil merebut simpati para pembu-didaya, sehingga sejauh ini keberadaannya dinilai dapat menggantikan spesies udang windu Penaeus monodon sebagai alter-natif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Udang vaname secara resmi diper-kenalkan pada masyarakat pembudidaya pada tahun 2001 setelah menurunnya produksi udang windu karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pro-duksi, baik masalah teknis maupun non teknis Subyakto et al., 2008. Berdasarkan penelitian Boyd dan Jason 2002, produktivitas udang vaname dapat mencapai lebih dari kg/ha. Komoditas ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya, antara lain lebih mampu beradaptasi terhadap kepadatan tinggi, tahan terhadap serangan penyakit, dapat hidup pada kisaran salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat survival rate SR atau kelulushidupan dan konversi pakan yang tinggi. Dalam proses budidaya udang vaname, dibagi menjadi 3 sektor kegiatan, yakni pembenihan, pendederan, dan pem-besaran. Kegiatan pembesaran udang vaname sendiri meliputi persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeli-haraan kualitas air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Oleh sebab itu, agar dapat lebih memahami serangkaian kegiatan dari salah satu sektor tersebut, diperlukan pelaksanaan praktek kerja lapang mengenai teknik pembesaran udang vaname di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk. METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk yang terletak di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari-21 Februari 2017. Metode Penelitian Metode kerja yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan proses observasi atau pengamatan langsung. Disamping itu, dapat dilakukan juga melalui wawancara dengan pihak terkait dan partisipasi aktif selama proses pelak-sanaan budidaya. Data yang terkumpul meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pema-nenan, dan pemasaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Tambak Sebelum dilakukan penebaran, tambak beton yang merupakan wadah pembesaran udang vaname dicuci dengan menggunakan air tawar. Pencucian terse-but dimaksudkan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada dasar dan dinding tambak yang berpotensi membawa hama dan penyakit selama proses budi-daya. Tambak yang sudah bersih tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan tujuan untuk membunuh sisa-sisa organisme dan menguapkan bahan organik beracun yang ada di dasar Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 72 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 tambak. Selama proses pengeringan, pemasangan CPD Crab Protecting Device dapat dilakukan untuk mencegah masuknya hewan-hewan yang merupakan hama dan agen pembawa penyakit, terutama kepiting. Setelah itu, tambak diisi dengan air yang berasal dari sumur bor air asin sampai ketinggian 120 cm. Sebelum pengisian air, pengaturan lokasi kincir dapat dilakukan. Upaya yang dilakukan untuk membasmi crustacea yang terdapat dalam air yaitu dengan penggunaan krustasida yang mengandung dichlorvos. Erdogan et al. 2007 menyatakan bahwa dichlorvos 2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate; DDVP dapat membunuh crustacea dengan cara menghambat akti-vitas enzim asetilkolinesterase AChE. Krustasida ini diaplikasikan dengan cara langsung ditebar ke tambak pada pagi hari dengan konsentrasi 1 ppm. Kincir air dapat digunakan agar krustasida dapat tersebar secara merata. Pada hari berikutnya, cupri sulfat dapat diberikan sebagai algasida. Cupri sulfat dapat menekan pertumbuhan alga dengan cara menghambat proses fotosin-tesis dan fosforilasi oksidatif pada rantai transportasi elektron Pradeep et al., 2015. Kadar cupri sulfat tergantung pada nilai alkalinitas air tambak. Semakin tinggi alkalinitas, maka semakin tinggi pula dosis cupri sulfat yang diberikan. Setelah 24 jam, perlakuan selanjutnya yaitu pembe-rian kaporit dengan dosis 30 ppm. Tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar. Disamping itu, kaporit juga dapat mengoksidasi zat besi yang apabila konsentrasinya terlalu tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup udang vaname Azzahrah dan Andi, 2014. Selain proses sterilisasi, penum-buhan mikroorganisme dan plankton juga perlu dilakukan dalam kegiatan persiapan tambak sebelum dilakukan penebaran udang vaname. Kegiatan ini dapat dilaku-kan tiga hari setelah aplikasi pemberian kaporit. Bahan yang digunakan sebagai nutrisi mikroorganisme dalam perairan yaitu dedak sebanyak 3 ppm, fermipan mengandung Saccharomyces cerevisae dan antioksidan 15 gr/kg dedak, dan air. Perbandingan air dan dedak yang digunakan yaitu 11. Setelah dicampur hingga merata, ketiga bahan tersebut disimpan dalam ember tertutup selama 48 jam agar dapat terjadi proses fermentasi. Sebelum ditebar ke tambak, hasil fermentasi tersebut diperas agar diperoleh airnya saja, sedangkan substratnya dibuang. Penebaran hasil fermentasi terse-but dapat dilakukan pada pagi hari dan diikuti dengan pemberian probiotik pada satu jam selanjutnya. Probiotik tersebut merupakan starter dari beberapa species bakteri, seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Nitrosomonas sp., Aerobacter sp., dan Nitrobacter sp. Penebaran Benur Ukuran udang vaname yang siap ditebar ke tambak yaitu PL10. Sebelum benur dipindahkan dari dalam kantong plastik ke tambak, benur perlu diaklima-tisasi terlebih dahulu. Andriyanto 2013 menyatakan bahwa aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian mortalitas benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi terhadap suhu dapat dilakukan dengan cara merendam kantong plastik yang telah berisi benur dalam keadaan tertutup hingga muncul adanya uap di dalam kantong plastik tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa suhu di dalam kantong plastik sudah sama dengan suhu air tambak. Setelah itu, aklimatisasi terhadap salinitas dapat dilakukan dengan cara memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong plastik yang telah berisi benur tersebut hingga penuh dan benur dapat keluar dengan sendirinya. Kegiatan penebaran benur dapat dilakukan pada pagi atau sore hari bersamaan dengan penebaran Artemia sebagai pakan alami benur tersebut. Lokasi penebaran benur Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 73 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 berada di titik yang berarus lemah agar benur tidak stress, sedangkan lokasi penebaran Artemia berada di dekat kincir agar Artemia tersebut dapat tersebar secara merata. Manajemen Pakan Pakan yang diberikan selama pro-ses pembesaran udang vaname yaitu pakan berupa crumble/remahan. Hal ini disebabkan karena ukuran bukaan mulut udang vaname yang masih relatif kecil. Pada awal bulan pertama, pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan metode blind feeding. Metode blind feeding merupakan metode menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Jumlah pakan awal yang diberikan setiap ekor benur yaitu sebanyak tiga kilogram. Pada umur 1-10 hari, penambahan pakan perharinya sebanyak 200 gram, 11-20 hari sebanyak 400 gram, dan 21-30 hari sebanyak 600 gram. Setelah itu, pada bulan selanjutnya pemberian pakan disesuaikan dengan biomassa udang dan dikontrol dengan menggunakan indikator skor cek anco. Aplikasi pakan tambahan juga diterapkan pada pemeliharaan udang vaname. Pakan tambahan yang dimaksud, antara lain vitamin C, omega protein, dan probiotik. Sampling dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui berat rata-rata dan biomassa udang vaname sehingga jumlah pakan harian udang vaname dapat diten-tukan. Selain itu, hasil sampling juga dapat digunakan untuk memantau laju pertumbuhan berat dan menduga rasio konversi pakan FCR sementara udang vaname. Berikut rumus perhitungan laju pertumbuhan berat Jaya dkk., 2013 dan FCR Ridlo dan Subagiyo, 2013 pada pemeliharaan udang vaname. Manajemen Kualitas Air Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan udang vaname. Oleh sebab itu, kualitas air perlu diperhatikan secara intensif. Menurut periodenya, pemeriksaan kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan setiap hari dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari dianta-ranya suhu, kecerahan, salinitas, dan pH. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan pada pagi dan sore hari. Sedangkan parameter yang diukur setiap minggu yaitu kesadahan, alkalinitas, nitrit, TAN Total Ammonia Nitrogen, TOM Total Organic Matter, serta jumlah plankton dan bakteri. Suhu air yang didapat dari pengu-kuran di tambak pembesaran udang vaname adalah berkisar pada 28-31º C. Suhu air tersebut masih merupakan suhu yang optimal bagi kehidupan udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kharisma dan Manan 2012 bahwa suhu optimal yang diperlukan oleh udang vaname yaitu berkisar antara 28-32 °C. Pada kisaran suhu tersebut proses metabolisme dapat berjalan dengan baik sehingga kelangsu-ngan hidup dan pertumbuhan udang diha-rapkan dapat optimal. Kecerahan pada tambak udang vaname berkisar antara 15-35 cm. Menurut Malik 2014, kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-40 cm. Oleh sebab itu, apabila kecerahan air tambak di bawah 20 cm, maka upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak hingga didapatkan kecerahan yang optimal untuk menunjang kehidupan udang budidaya. Rahmawati dkk., 2014 menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan tersuspensi, waktu pengukuran, dan keteli-tian orang yang melakukan pengukuran. Nilai salinitas air tambak yang didapat selama kegiatan PKL yaitu 9-17 ppt. Salinitas air sangat erat hubungannya dengan proses osmoregulasi yang terdapat pada organisme perairan. Udang vaname termasuk organisme euryhaline yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang sangat luas, yakni 1-40 ppt. Namun, Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 74 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal, udang vaname membutuhkan salinitas 15-25 ppt Malik, 2014. Oleh sebab itu, salinitas air tambak perlu dinaikkan agar tidak berada di bawah kisaran optimal selama proses budidaya. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah air bersalinitas tertentu yang sudah disterilisasi. Kadar pH yang diukur selama kegiatan PKL berada pada kisaran pH yang optimal, yakni 7,7-8,4. Menurut Malik 2014, pH air tambak yang ideal untuk pembesaran udang vaname yaitu 7,5-8,5. Pada umumnya, pH air tambak pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Hal ini disebabkan pada sore hari telah terjadi penyerapan karbondioksida CO2 oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Sedangkan pada pagi hari kadar CO2 hasil respirasi udang vaname dan organisme lain dalam perairan cukup tinggi. Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air yang dapat menetralkan asam atau kuantitas anion air untuk menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan Djokosetiyanto dkk., 2005. Selama kegiatan PKL dilaksanakan, nilai alkalinitas air tambak yaitu berkisar 137,31-160 ppm. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, nilai alkalinitas yang optimal untuk pemeliharaan udang vaname yaitu 100-150 ppm. Oleh sebab itu, pada tambak ini dilakukan pengenceran agar nilai alkalinitas tidak di atas 150 ppm. Pada kegiatan budidaya, semakin bertambahnya umur udang, maka jumlah pemberian pakan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah pakan ini dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan amonia NH3. Selain berasal dari sisa pakan yang tidak terkonsumsi, kedua senyawa tersebut juga dapat berasal dari feses hasil ekskresi udang Wulandari dkk., 2015. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, kadar NO2 dan NH3 yang optimal untuk pertumbuhan udang vaname yaitu di bawah 0,01 ppm, sedangkan batas tole-ransi untuk NO2 berkisar antara 0,01-0,1 ppm dan NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Kadar NO2 dan NH3 pada tambak budidaya berada di luar nilai optimal, yaitu berturut-turut dapat mencapai 0,968 ppm dan 0,37 ppm. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan aplikasi probiotik yang mengandung bakteri nitrifikasi. Bahan Organik Total TOM menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri atas bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Bahan organik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kuali-tas air tambak dan mempengaruhi kehidu-pan biota tambak, terutama udang budi-daya. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan mening-katnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifi-tas biologi Suwoyo, 2011. Nilai TOM pada tambak berkisar antara 103,65-115,57. Kilawati dan Yunita 2014 menyatakan bahwa kamdungan TOM yang layak untuk kehidupan udang yaitu di bawah 55 ppm. oleh sebab itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandu-ngan TOM pada tambak yaitu dengan melakukan pergantian air dan penyiponan secara rutin. Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan sebagai indikator biologi untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Plankton terbagi menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Plankton merupakan pakan alami bagi organisme perairan. Selain sebagai pakan alami, fitoplankton juga dapat menghasilkan oksigen terlarut melalui proses fotosintesis Makmur, 2011. Kepadatan bakteri Vibrio dan total bakteri secara umum berturut-turut yaitu 170-880 CFU/ml dan 7000-118000 CFU/ml. Angka tersebut masih dapat ditolerir dalam kegiatan budidaya udang vaname. Menurut Kharisma dan Manan 2012, ambang batas maksimal kebera- Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 75 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 daan bakteri Vibrio sp. dalam air adalah 104 CFU/ml, sedangkan batas maksimal bakteri umum di perairan adalah 106 CFU/ml. Jika ambang batas ini dilampaui maka kematian massal udang budidaya dalam tambak dapat terjadi. Hama dan Penyakit Pencegahan masuknya hama dan penyakit udang dilakukan sejak tahap persiapan tambak. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan memasang CPD Crab Protecting Device di bagian tepi tambak. Hal ini dimaksudkan agar kepiting tidak dapat masuk ke perairan budidaya. Selain sebagai hama yang dapat menjadi kompetitor udang dalam hal pakan, oksigen terlarut dan ruang gerak, kepiting juga dapat sebagai agen pembawa suatu penyakit, misalnya WSSV. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya hama dan penyakit yaitu dengan pemberian krustasida, cupri sulfat, kaporit dan probiotik yang telah dijelaskan pada subbab persiapan tambak. Panen Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar 100-30 individu/ kg. Untuk mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat dilakukan penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6-7 ppm. Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur CaOH2 dengan dosis 5–20 ppm sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting Malik, 2014. Pemasaran Para petambak biasanya sudah ber-komunikasi dengan calon pembeli sebelum dilakukan kegiatan pemanenan. Setelah mencapai kesepakatan harga, para pembeli akan berdatangan ke lokasi ketika proses pemanenan dilakukan dengan membawa styrofoam/cool box sendiri. Para pembeli udang vaname tersebut biasanya berasal dari Surabaya, Sidoarjo, dan Banyuwangi. Hambatan dan Kemungkinan Pengem-bangan Usaha Salah satu hambatan yang terdapat pada kegiatan pembesaran udang vaname di tambak pendampingan CP Prima ini yaitu salinitas air dari sumur bor tidak konstan, sehingga pada waktu pengisian air perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu agar kebutuhan air asin dan air tawar dapat diperhitungkan. Selain itu, hujan yang terlalu deras dapat menye-babkan salinitas air menurun drastis, sehingga petambak harus mempunyai persediaan air asin yang siap untuk dimasukkan ke petak-petak yang ada. Di sisi lain, pada daerah sekitar lokasi tambak ini memiliki peluang pengembangan usaha yang sangat luas. Hal ini didukung oleh masih banyaknya lahan kosong yang tidak terpakai dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya udang vaname. Saat ini pemilik tambak sudah membeli beberapa lahan-lahan di sekitar lokasi untuk memperluas area usaha yang ada. Tujuan dari pengembangan usaha yang dilakukan yaitu untuk memper-banyak pemasukan dan mengoptimalkan fungsi lahan-lahan di sekitar lokasi budidaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang PKL tentang Teknik Pembesaran Udang Vaname Litopenaeus vannamei pada Tambak Pendampingan PT Central Proteinaprima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pembesaran udang vaname meliputi kegiatan persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemane-nan, dan pemasaran. Hambatan yang terdapat pada kegiatan ini yaitu salinitas air sumber yang tidak konstan dan hujan yang terlalu deras. Sedangkan peluang pengem-bangan usaha di area lokasi budidaya sangat luas karena masih banyak lahan yang potensial untuk dijadikan tambak. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 76 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Saran Berdasarkan beberapa hambatan yang ditemui selama Praktek Kerja Lapang, sebaiknya pada kolam busmetik diterapkan biosecurity agar hama tidak mudah masuk dan pensterilan alat pengu-kuran kualitas air agar tidak terjadi kontaminasi silang penyakit antara satu kolam dengan kolam yang lain. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, F., A. Efani dan H. Riniwati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Pro-duksi Usaha Pembesaran Udang Vanname Litopenaeus vannamei di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur ; Pendeka-tan Fungsi Cobb-Douglass. Jurnal ECSOFiM, 1 1 82-96. Azzahrah, F. dan A. Susilawaty. 2014. Efektivitas Pembubuhan Kaporit dalam Menurunkan Kadar Zat Besi Fe pada Air Sumur Gali Tahun 2013. Jurnal Kesehatan, 7 1 322-331. Boyd, and Jason C. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture, Ltd A Superintensive Shrimp Aquaculture System”. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environ-ment. Work in Progress for Public Discussion. Published by the Consortium. 17 hal. Djokosetiyanto, D., R. K. Dongoran dan E. Supriyono. 2005. Pengaruh Alkali-nitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam Pangasius sp.. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 2 53-56. Erdogan, O., M. Atamanalp, T. Sisman, E. Aksakal and G. Alak. 2007. Effects of 2,2-Dichlorovinyl Dimethyl Phosphate DDVP on Hsp70 Gene Expression in Rainbow Trout. The Israeli Journal of Aquaculture, 59 4 230-234. Erlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Lito-penaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 hal. Jaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 56-63. Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Sebagai Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 2 129-134. Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litopenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science, 2 1 50-59. Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Halaman 961-968. Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. WWF-Indonesia. Jakarta. Halaman 3-30. Nuhman. 2008. Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 35-39. Pradeep, V., Ginkel, S. Park, T. Igou, C. Yi, H. Fu, R. Johnston, T. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 77 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Snell and Y. Chen. 2015. Use of Copper to Selectively Inhibit Brachionus calyciflorus Predator Growth in Chlorella kessleri Prey Mass Cultures for Algae Biodiesel Production. International Journal of Molecular Sciences, 16 20674-20684. Rahmawati, I., Hendrarto dan Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik dan Sebaran Nutrien serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klo-rofil-A di Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3 1 27-36. Ridlo, A. dan Subagiyo. 2013. Pertum-buhan, Rasio Konversi Pakan dan Kelulushidupan Udang Litope-naeus vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Prebiotik FOS Fruktooligosakarida. Buletin Oseanografi Marina, 2 4 1-8. Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi dan Sofiati. 2008. Budidaya Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Semiintensif dengan Metode Sirku-lasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 1-7. Suwoyo, 2011. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Sistem Tumpang Sari di Areal Mangrove. Berkala Perikanan Terubuk, 39 2 25-40. ... The optimal NH 3 content for the growth of white shrimp was ppm Ghufron et al., 2017. However, if other water quality parameters were in the optimum range, it was possible that the shrimp could still grow well. ...... However, on the 79 th day it had exceeded ppm where above that value the environmental conditions were not ideal for the growth of vaname shrimp. The optimal NO 2 for white shrimp growth was around ppm Ghufron et al., 2017. ...Vannamei shrimp Litopenaeus vannamei is the mainstay of fishery exports in Indonesia. In order to achieve the vannamei shrimp production target, the Millennial Shrimp Farming MSF system was developed to make vaname cultivation possible in limited land and relatively small business capital. Although many MSF systems have been carried out, studies reporting on shrimp growth and water quality in MSF systems in Indonesia have not been widely reported. This study aimed to analyze the growth of vaname shrimp and the dynamics of water quality during white shrimp culture with MSF system in Indonesia. The parameters analyzed were daily water quality pH, DO, Salinity, Brightness, weekly water quality NH3, NO2, PO4, H2S, and shrimp growth survival rate, average body weight, average body length, average daily growth. Water quality measurements were carried out 2 times a day am and pm. The results in this study indicated that the white white shrimp culture system with the MSF system can be used as an alternative to increase white shrimp production in Indonesia. To the best of our knowledge, this study was the first study to report that the white shrimp culture system with the MSF system could be used to maintain water quality in ponds and produced optimal shrimp growth.... Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan penurunan pH, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadar CO2 hasil respirasi udang dan kandungan bahan organik dari sisa pakan dalam perairan cukup tinggi. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan meningkatnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifitas biologi Ghufron et al., 2017. ...... Menurut Ghufron et al. 2017 sisa pakan dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan ammonia NH3. Sehingga terbentuk proses nitrifikasi yaitu perubahan senyawa ammonia menjadi senyawa nitrit. ...Encik Jumarni Roshaliza Nurul SuwartiningsihUdang galah Macrobrachium rosenbergii de Man adalah salah satu spesies udang air tawar asli Indonesia yang sudah dikembangkan. Salah satu kendala dalam budidaya udang galah adalah pertumbuhan yang relatif lambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan kapur CaCO3 dengan berbagai konsentrasi yaitu 0 mg/L atau tanpa penambahan kapur, 15 mg/L, 30 mg/L, dan 45 mg/L terhadap pertumbuhan udang galah. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 6 kali ulangan pada setiap perlakuan, dengan masing-masing ulangan terdapat 5 sampel. Parameter pertumbuhan yang diamati berupa bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting udang galah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur CaCO3 berpengaruh pada pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuensi moulting udang galah. Pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting yang paling optimal dengan penambahan konsentrasi kapur 45 mg/L. Kata kunci kalsium karbonat CaCO3, pertumbuhan, udang galah.... The second parameter measured is the volume of water wasted during cleaning process. This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. ...... This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. Comparison graph of wasted water volume. ...In intensive shrimp cultivation system, residual waste that settled at the bottom of the pond is impacting water quality. Therefore, there is a need to regularly clean this residual to maintain the water quality in good condition. In this paper we describe the automatic instrument system to clean up the bottom of the pond. This waste cleaning instrument uses the principle of equilibrium between the main component in the form of a pyramid and supporting components, namely the water container. The pyramid has a dimension of and 4 poles that serve as rails and support for pulleys that hang both components. The framework of the pyramid is made of pipes and then the frame is coated with HDPE sheets and solar flat. The pyramid will go up and down in accordance with the water container, if it is filled with water and empty automatically because it is installed two submersible pumps to drain and fill the water container. From the field test results it was found that this instrument works effectively, where in one cleaning, it can be done in less than 5 minutes compared to conventional cleaning which takes hours.... ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun Ghufron et al., 2017. ...Vaname shrimp Litopenaeus vannamei is an export commodity from the fisheries sub-sector which has high economic value. The development of aquaculture systems from traditional to intensive has the potential for disease attacks. Control of the spread of the disease must be done as early as possible, one method of prevention is using immunostimulants. An alternative source of immunostimulants that can be used to increase the immune system of shrimp is octopus Octopus sp. ink. Octopus ink is generally not used or thrown away when the octopus meat is processed. Research on octopus ink is also minimal compared to squid ink and cuttlefish ink. The purpose of this review is to provide an overview of the potential of octopus ink as an immunostimulant for vaname shrimp. It is known that the content of octopus ink consists mostly of alkaloids, melanin, amino acids, and carboxylic acids. Octopus ink has various roles based on its compound content such as antimicrobial, antioxidant, antibacterial, antiretroviral, anticancer, anti-ulcerogenic, anti-inflammatory, antivirus, antifungal, antiviral, and anti-proliferative. From the results of the literature study, it is explicitly necessary to carry out further research to find out more complete compounds content in octopus ink so that its potential as an immunostimulant in vaname shrimp cultivation can be identified more clearly.... Permintaan terhadap udang vaname di pasar mancanegara meliputi Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa yang merupakan pasar utama ekspor komoditas udang Indonesia Asnawi et al., 2021. Udang vaname berpotensi untuk terus dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya reponsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk, pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi, dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90-100 hari per siklus Ghufron et al., 2018;Purnamasari et al., 2017;Suseno et al., 2021 Budidaya udang vaname selama ini identik dengan budidaya skala besar karena membutuhkan investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi untuk setiap siklusnya Fatalattof, 2022. Kendala dalam usaha budidaya udang di masyarakat selain dipengaruhi oleh keterbatasan dana juga disebabkan oleh minimnya pengetahuan terkait budidaya Rahmadina et al., 2022. ... Annisa Bias CahyanuraniNasuki NasukiAtika Marisa HalimKartika PrimasariThe vannamei shrimp farming business still has the opportunity to continue to develop given the public's high demand and high national shrimp production target that must be met. Vannamei shrimp is also a commodity that has high economic value. However, vannamei shrimp cultivation is known as cultivation which requires the cultivators to have large capital making it difficult for all groups to reach. The purpose of this community service activity is to provide information and insight to the public regarding shrimp farming with technology that can be applied on a small scale with relatively low capital and is expected to be accessible to all people who wish to cultivate vannamei shrimp using a household scale cultivation system Backyard Shrimp Farming/BSF. This service activity is in the form of online dissemination using the zoom application and broadcast live via YouTube of the Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo. The activity was carried out by delivering material by the speaker and followed by a discussion and question and answer between the participants and the speaker. At the end of the activity, participants were given a link to fill out an assessment questionnaire related to the dissemination activities carried out. Based on the results of the questionnaire, it can be concluded that the participants had a great interest in this household-scale vannamei shrimp farming opportunity and felt the benefits of this dissemination activity, and overall the dissemination had been carried out well in terms of clarity of material delivery, the interaction between participants and the speaker, the suitability of the material and the performance of the moderator/facilitator in presenting the event.... Kelayakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL perlu dianalisis dari segi kelayakan ekonominya [6]. Analisis ekonomi tersebut dapat dilakukan dengan Metode Stokastik atau disebut juga metode acak, yaitu merupakan proses dimana nilai sesaat dari satu atau lebih kejadian yang bermacam variasi terhadap waktu tidak pasti [7]. ...Moch Rizky Ussy AndawayantiRahmah Dara LufiraPotensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang dimiliki Kabupaten Probolinggo cukup besar. Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo 2012 menyebutkan bahwa bandeng dan udang vanamei merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di tambak Kabupaten Probolinggo, namun air buangan dari tambak berpotensi mencemari lingkungan, sehingga diperlukan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL guna mengolah limbah menjadi aman untuk dikembalikan ke laut. Pembangunan IPAL direncanakan dengan beberapa alternatif kemudian dilakukan analisis kelayakan menggunakan metode Stokastik untuk mengetahui alternatif yang paling layak diterapkan dari segi ekonomi. Hasil anggaran investasi untuk pembangunan IPAL yaitu Rp Biaya tersebut diperoleh dari hasil panen udang setiap tahunnya. Dengan 1 kolam tambak udang vaname didapatkan keuntungan sebesar Rp. Biaya Operasi dan Pemeliharaan selama setahun yaitu Rp. Berdasarkan perhitungan yang telah dirancang, dapat disarankan untuk menggunakan Alternatif 1 dengan 1 kolam produksi dan 1 kali panen dalam setahun. Dikarenakan keuntungan bersih tiap tahun terbesar yaitu Rp payback periode yang singkat yaitu 1 tahun, B/C sebesar 2,12, NPV Rp IRR 38,49% dan semua kondisi layak berdasarkan analisis sensitivitas.... Produktifitas perikanan di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya adalah perikanan tangkap laut, perikanan tangkap PUD Perairan Umum Daratan dan perikanan budidaya Akuakultur. Namun dari ketiga jenis produktifitas perikanan tersebut yang konsisten terus mengalami peningkatan produktifitas setiap tahunnya adalah dari jenis produktifitas akuakultur Ghufron et al., 2018.Tercatat pada data statistik dari tahun 2012 hingga tahun 2017 bahwa Akuakultur terus mengalami rata-rata kenaikan sebesar 11,5% pada tiap tahunnya Rahmantya et al., 2018. ...Ahmad Rifa'iKualitas air dalam budidaya udang adalah faktor penting yang perlu diperhatikan. Sehingga kualitas air yang baik menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan budidaya udang. Permasalahan utamanya adalah buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menggunakan perangkat Internet of things IoT yang dapat memantau kondisi kualitas air dan melakukan tindakan pencegahan berupa perberitahuan dini dan kontrol otomatis pada tiap-tiap aktuator di kolam budidaya. Beberapa sensor yang digunakan seperti Dissolved Oxygen DO, Hydrogen Potential pH, Turbidity, Suhu air dan Ketinggian air Sensor ultrasonic. Selanjutnya data kualitas air akan dikirimkan ke server Node-Red Platform menggunakan komunikasi protokol MQTT Message Queue Telemetry Transport. Pengolahan data yang dilakukan di Server menggunakan metode IFTTT If This Then That dan menghasilkan keputusan berupa perintah command set untuk mengontrol aktuator pada Node kontrol aktuator. Dari hasil pengujian performa, delay yang terjadi pada pengiriman data dari publisher ke subscriber diperoleh rata-rata 260 ms dengan menggunakan publik Broker HIVEMQ. Sedangkan pada pengujian kontrol otomatis, grafik respon menunjukan adanya aksi yang dilakukan oleh alat kontrol aktuator setelah mendapatkan command set yang dihasilkan metode IFTTT pada platform Manan Adnan KharismaAbstract The abundance of bacteria is an activity that aims to determine the distribution and the abundance of bacteria in a water area, so an effort to control and prevent against these bacteria can be made to avoid it’s wide spread. The function of this monitoring activities is for an early detection of animal health conditions that is the white leg shrimp due to bacterial attack. Given the importance of health level in the cultivation of white leg shrimp, then the monitoring activity in bacterial abundance should be done because the number of bacteria found in aquatic environments shouldn’t exceed the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml. The purpose of this study case is to know the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation. Because the Vibrio sp. bacteria is known as the opportunistic pathogen of white leg shrimp, which can cause disease if the environmental conditions are bad. Working methods used is descriptive method of data collection techniques include primary and secondary data. The stage of the monitoring activity include 1 Preparation phase which includes the preparation of equipment and materials and sterilization equipment and media. 2 Phase of making trisalt solvent and bacterial culture media. 3 Phase of retrieval and delivery the water samples. 4 Phase planting the water samples. 5 Phase counting the bacteria. 6 Interpretation the results of the calculation. Based on the results of monitoring the abundance of bacteria in white leg shrimp water augmentation activity, the conclusion is the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation has exceeds the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml, so the white leg shrimp culture is susceptible againts these Vibriosis disease. Nuhman NuhmanFeed is an important factor in the culture of vannamei shrimp. The optimum feed have clone to prevent underfeeding or overfeeding, whereas the amount of feed must have adjust with shrimp biomass. The aim this research is to know the percentage of optimum feed from vannamei shrimp. The method is experimental research with Complete Random Design, and the result showed that difference of percentage of feed is not significantly for daily growth of vannamei shrimp. The amount of feed as mush as 40 % of biomass weight/day showed the best daily growth %. Yuni KilawatiYunita MaimunahIncreasing number of vannamei shrimp Litapenaeus vannamei ponds are switching from traditional to intensive farming systems, the more impact resulting among other potential environmental pollution. Pollution of the environment can directly degrade water quality cultivation and facilitate access of pathogens to infect the host. In this study examines how the quality of the environment, population and genetic characteristics of shrimp that live in some intensive pond associated with a disease that often affects farmed shrimp is White Spot Syndrome Virus WSSV. Acquisition and primary data collection is done by conducting interviews and direct observation in the measurement of water quality parameters of both physics and chemistry and morphology observation of shrimp as well as the ICP11 gene expression detection of WSSV disease in vannamei shrimp DNA in the single Brachionus rotifer can consume thousands of algae cells per hour causing an algae pond to crash within days of infection. Thus, there is a great need to reduce rotifers in order for algal biofuel production to become reality. Copper can selectively inhibit rotifers in algae ponds, thereby protecting the algae crop. Differential toxicity tests were conducted to compare the copper sensitivity of a model rotifer-B. calyciflorus and an alga, C. kessleri. The rotifer LC50 was < ppm while the alga was not affected up to 5 ppm CuII. The low pH of the rotifer stomach may make it more sensitive to copper. However, when these cultures were combined, a copper concentration of ppm was needed to inhibit the rotifer as the alga bound the copper, decreasing its bioavailability. Copper X ppm had no effect on downstream fatty acid methyl ester SubyaktoDede SutendeMohamad AfandiSofiatiThe failure of vannamei shrimp culture often caused by virus attack, WSSV, TSV and IMNV. So that it need an alternative method like closed circulation method and probiotic application. Closed circulation is culture method without water circulation where as an additional water will do to change loss water, caused by evaporation and culture waste water. This kinds of probiotic ar Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter, Saccaromyces, Rhodobacter and Rhodococcus. The aim of these research are preventing virus attack through closed circulation method and probiotic 2 2application. These culture used two culture ponds 3000 m , density 60 species/m and two reservoir ponds 22000 m for 105 days. The first culture pond A produced 2895 kg of vannamei shrimp size 60, SR % and FCR The second culture pond B produced 3025 kg of vannamei shrimp size 58, SR % and FCR dimethyl phosphate DDVP is used to control insects on crops, household, and stored products, and treat external parasitic infections in farmed fish, livestock, and domestic animals. Ectoparasitic copepods can cause severe skin damage in fish that may lead to death through osmoregulatory failure or infection by opportunistic pathogens. There is considerable uncertainty about whether or not DDVP is implicated in cancer, and the wider environmental consequences of its use. In general, and specifically in developing countries and fish farming, less hazardous alternatives are available. The present experiment studied the effects of DDVP at a daily dose of mg/l for 21 days on the expression of the heat shock protein Hsp 70 gene in rainbow trout Oncorhynchus mykiss. Hsp70 from control and DDVP-exposed fish was amplified for 20-40 PCR cycling. After the fortieth PCR cycle, the Hsp70 level in mRNA was very low in the control fish and very high in the DDVP-exposed fish, with a statistical difference of p< RahmawatiPujiono Wahyu PurnomoBoedi HendrartoKegiatan yang terdapat di sekitar muara Sungai Sayung seperti aktivitas manusia, pariwisata, industri rumah tangga, pertambakan, serta jalur pelayaran yang terus berlangsung tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan perubahan kondisi fisika, kimia, biologi sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan bahan organik, nutrien, dan kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fluktuasi dan sebaran bahan organik di muara Sungai Sayung Demak, mengetahui distribusi spasial sebaran bahan organik dan nutiren terhadap kelimpahan fitoplankton, dan mengetahui keterkaitan antara bahan organik terhadap sebaran nutrien dan distribusi nutrien terhadap ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Dalam penelitian ini ditentukan lima stasiun pengukuran, dimana pada tiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan. Analisis data bahan organik, nutrien, dan klorofil-a menggunakan metode Regresi Korelasi. Bahan organik dengan nitrat secara linier menunjukkan keeratan yang tinggi dengan nilai koefisien korelasi R sebesar 0,8209. Hubungan antara bahan organik dengan fosfat mempunyai nilai koefisien korelasi R sebesar 0,7804. Distribusi nutrien terhadap klorofil-a menunjukkan adanya gradasi nilai konsentrasi dimana di muara Sungai Sayung lebih tinggi dan akan semakin rendah menuju ke arah laut lepas. Berdasarkan nilai rata – rata klorofil-a yang diperoleh sebesar 1,027 – 1,353 µg/l, perairan muara Sungai Sayung Demak tergolong kedalam perairan yang bersifat Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannameiG ErlandoRusliadi Dan MulyadiErlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yangB JayaF AgustrianiDan IsnainiJaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang VannameiA A KharismaMananKharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei
Terlebihlagi dalam manajemen pemberian pakan udang vaname. Muhammad Yusuf (30) yang merupakan pengelola udang vaname Balai Ternak BAZNAS Kabupaten Pidie Jaya sedang menebar pakan ke udang vaname, Kamis (10/3). Untuk penentuan jumlah pakan diberikan berdasarkan usia udang vaname yaitu usia 1-30 hari, usia 1-30 hari pemberian jumlah pakan Feeding vannamei shrimp according to age is important to do because it is very meaningful for the growth and development of shrimp. If the shrimp are given too little feed, their growth will be hampered due to lack of if the shrimp are given too much feed, the feed will not be eaten by the shrimp and will settle on the surface of the pond and then turn into poison. To provide the right amount of feed according to the age of the shrimp, there is a formula, Mr/Mrs Farmers. Come on, read this article for more details! The Importance of Shrimp Feeding ManagementHow to Feed Vaname Shrimp According to AgeNeed Help Regarding Shrimp Cultivation Business?Calculate Feed Needs Using the Cultivation Calculator at eFarm The Importance of Shrimp Feeding ManagementSource eFishery DocumentationIn vannamei shrimp farming, feed management is the process of regulating the feeding according to the age and weight of the shrimp to maximize shrimp growth. Good feed management, especially in vannamei shrimp farming, is very important to implement because it has a high risk of cultivation. You could fail to harvest vannamei shrimp just because you miscalculated the amount and frequency of make proper feed management calculations, you can start by counting Feeding Rate FR and Feed Conversion Rate FCR. So, what are FR and FCR in vannamei shrimp farming?FR is the daily feed rate which is determined based on the average weight of the shrimp or Average Body Weight ABW and calculated based on vannamei shrimp biomass. If the FR calculation is correct, vannamei shrimp can grow optimally because their feeding is efficient. Consider the following example to calculate FRFR = Biomass x FR FeedExamplePopulation = 100,000 headsABW = 10 gBiomass = 1,000 kgFR Feed = 3,9%FR = 1,000 X 39 kg/daySo the amount of feed that you can give to 1,000 vaname shrimp with an average weight of 10 g is 39 kg/ the Feed Conversion Rate FCR is the effectiveness rate of the stocked feed. By calculating the FCR, you can see whether the feed spread is actually eaten by the shrimp or is it wasted and pollutes the pond. To calculate it, consider the following exampleFCR = Total feed that has been given kg Shrimp biomassExampleBiomass = 1,000 kg The amount of feed that has been given = 1,100 kgFCR = 1,100 1,1So, the FCR for the cycle is the FCR number for your vannamei shrimp farming is at the spread of feed that you are doing is effective. This figure also means that the shrimp biomass to be harvested is close to the weight of the feed Read Tricks for Successful Cultivation by Calculating Vaname Shrimp FCRHow to Feed Vaname Shrimp According to AgeAfter knowing the appropriate FR and FCR numbers, now is the time for you to know how to give and the type of feed that is suitable for vannamei shrimp according to their age. For more details, pay attention to the following vannamei shrimp feed table!As shown in the table above, the types of feed for vannamei shrimp are divided into 3, namely powder, granules, and pellets. The three types of feed above are classified as artificial feed, feed whose nutritional content has been directly formulated by shrimp feed vaname shrimp cultivation, artificial feed is used more often because it is more practical and makes the shrimp grow faster. Come on, see more explanation about the three types of feed!1. FlourThis type of feed is usually used for vannamei shrimp fry that are under 15 days old which weigh only in the range of g. The form of flour feed which is very fine and rich in nutrients is very suitable for shrimp fry that cannot process food properly. At that age, vaname shrimp fry have a small mouth shape and a digestive system that is not strong enough to digest larger provision of flour feed also aims to make the nutrient absorption process run better, so that vannamei shrimp growth can occur optimally. Flour feed is given to vannamei shrimp fry 3 times a Granules/CrumbleThis feed, which is larger in shape than flour, is given to vannamei shrimp fry in the age range of 16-45 days. Granules are made from coagulation of flour type feed with added nutrition. Granules can also be regarded as feed produced from the process of destroying pellet type feeds to create a smaller can give granules 4 times a day to prawns aged 16-30 days and 5 times a day to prawns that are 31-45 days PelletsPellets are given to vannamei shrimp fry that are 46-120 days old or until they enter the harvest period. Pellets have a more complex nutritional content and can make vannamei shrimp have a better weight until harvest time arrives. You can give vaname shrimp pellets 5 times a Read Types of Shrimp Feed Often Chosen by Successful Farmers! Ikangurami merupakan ikan ekonomis yang menjadi salah satu komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia. Ikan gurami memiliki laju pertumbuhan yang relatif lambat, pada pembesaran tahap pertama dengan pakan berkadar protein 20-26%, untuk mencapai ukuran sebesar 200 g/ekor dari ukuran 15 g/ekor dibutuhkan waktu 120 hari; dan pembesaran tahap ke dua dari ukuran 200 g/ekor hingga ukuranProgram pemberian pakan pada budidaya udang vanname pada tambak modern merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang vanname adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan. Untuk mencapai sasaran dalam penggunaan pakan pada budidaya udang vanname di tambak modern diperlukan pemahaman tentang nutrisi, kebutuhan nutrien dari kultivan, teknologi pembutan pakan, kemampuan pengelolaan pakan untuk setiap komoditas budidaya dan teknik aplikasi pemberian pakan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang vanname adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan selama masa Pemeliharaan di tambak modern mengingat padat tebar tinggi dan teknologi yang digunakan juga sangatlah kompleks. Untuk itu, para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan tambahan/buatan pada budidaya udang. Kebutuhan Nutrisi Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin, dan Mineral pada udang Vanname Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vannamei untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. a. Protein Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk Pemeliharaan jaringan, Pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vanname adalah yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. Tacon, A. 1987. Sintesis protein meningkat secara intensif selama proses pematangan gonad dan tentu saja hal ini membutuhkan protein dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Meskipun studi tentang kebutuhan protein untuk induk udang masih kurang, disarankan bahwa profil asam amino pakan hidup dapat menyediakan profil asam amino yang mendekati kebutuhan induk itu sendiri. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada peningkatan kandungan protein ovarium yang dikaitkan dengan perkembangan telur dan pemijahan. Kandungan protein pakan untuk induk berkisar dari 50% hingga beberapa % lebih rendah dari pakan. Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk perkembangan ovarium, terutama asam lemak tidak jenuh tinggi n-3 HUFA dan fosfolipid. Konsentrasi lemak dalam pakan komersial untuk induk udang berkisar 10% dan ini 3% lebih tinggi dari pakan komersial untuk jenis grower. Total kandungan lemak dalam pakan dilaporkan tidak begitu penting berpengaruh, namun diyakini bahwa pakan yang kaya akan kandungan n-3 HUFA asam eicosapentanoat=EPA dan asam docosaheksanoat=DHA ditemukan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan ovarium, fekunditas, dan kualitas telur. Kandungan asam arachidonat 204n-6 ditemukan tinggi dalam ovarium udang dan melimpah dalam cacing darah polychaete, kerang dan simping. Asam lemak n-6 HUFAs ini sebagai prekursor hormon prostaglandin dan memainkan perananpenting dalam proses reproduksi dan pada kenyataannya banyak dijumpai bahwa pakan komersial yang diformulasikan khusus untuk induk udang masih nampak defisiensi asam arachidonat dan EPA. Rasio n-3 n-6 HUFA sekitar 31 dilaporkan menghasilkan tingkat kematangan reproduksi udang yang optimum. Kebutuhan 2% fosfolipid dalam pakan disarankan baik untuk proses pematangan induk udang dan diyakini bahwa komposisi 50% dari total lemak telur adalah fosfolipid. Sumber lemak dalam bentuk trigliserida selama proses pematangan gonad juga meningkat dalam telur, dan diyakini nutrisi ini berperan sebagai sumber energi utama dalam reproduksi dan penentu kualitas telur dan naupli. Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain -Sumber energi -Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%. c. Karbohidrat Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat. Secara umum peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah Di dalam siklus krebs, Penyimpanan glikogen, Pembentukan zat kitin, Pembentukan steroid dan asam lemak, Kadar karbohidrat di dalam tubuh udang akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh. Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20%. d. Vitamin dan Mineral Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk Ø Pigmentasi, peranan dari vitamin A karoten Ø Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang. Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang. Kebutuhan mineral dan vitamin secara rinci untuk induk udang tidak diketahui, hanya sedikit studi pada vitamin A, C, dan E. Defisiensi vitamin E berkaitan dengan sperma yang abnormal pada udang putih Litopenaeus setiferus, dan perbaikan laju penetasan telur telah diamati sejalan dengan peningkatan vitamin E dalam pakan yang dikaitkan dengan kandungan yang lebih tinggi dalam telur. Hubungan positif juga diamati antara kandungan alfa-tokoferol dalam pakan dengan kualitas pemijahan induk dan penetasan naupli L. vannamei. Vitamin E juga berperan sebagai antioksidan alami dalam kuning telur. Vitamin ditemukan terakumulasi dalam ovarium udang selama maturasi, yang menyarankan adanya peran vitamin dalam pakan. Kandungan vitamin C telur udang Fenneropenaeus indicus, dipengaruhi oleh kandungan vitamin C dalam pakan. Tingginya laju penetasan dikarenakan tingginya kandungan asam ascorbat dalam telur. Vitamin D juga diduga berperan penting dalam pakan induk dikarenakan peranannya dalam metabolisme kalsium dan fospor untuk krustase. Mengenai kebutuhan mineral secara spesifik masih jarang dilakukan, kebanyakan diformulasikan dalam pakan dalam bentuk mineral campuran kalsium, fospor, magnesium, natrium, besi, mangan, dan selinium. Difisiensi atau ketidakseimbangan mineral dapat berpengaruh negatif pada reproduksi krustase dan berperan dalam resorpsi oosit, penurunan daya reproduksi dan kualitas telur. Tubuh induk udang vaname ditemukan memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang lebih rendah juga kandungan magnesium yang lebih rendah dalam hepatopankreas, hal ini mungkin dikarenakan kombinasi defisiensi mineral-mineral tersebut dalam pakan dan hilang saat proses molting dan transfer energi pematangan gonad. Koper juga ditemukan berkurang di hepatopankreas yang diduga ditransfer ke ovarium, meskipun kandungan di dalam tubuh induk udang meningkat. Disimpulkan bahwa masih sangat diperlukan kajian dan berbagai riset dilakukan pada nutrisi mineral dalam pakan buatan untuk induk udang penaeid. Selama proses maturasi induk dibutuhkan energi pakan yang dapat menopang perkembangan sel telur induk udang betina dan sel sperma induk jantan menjadi matang. Sehingga pada tahap perkembangan telur, pakan menjadi penyumbang nutrisi yang terpenting dan esensial. Apalagi jikaablasi mata dilakukan dalam rangka untuk mempercepat maturasi induk. Selain protein, karkohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan udang juga membutuhkan Karotenoid. Karotenoid, khususnya astaksantin merupakan antioksidan yang paling kuat dan berperan penting dalam perlindungan cadangan nutrisi induk udang dan perkembangan embrio dari kerusakan karena oksidasi. Karotenoid juga berperan sebagai agen pigmen dalam embrio dan larva bagi perkembangan kromatofor dan mata, dan sebagai prekursor vitamin A. Keberadaan karotenoid dalam pakan sebagai sumber pigmen adalah esensial diperlukan karena ketidakmampuan udang mensintesis karotenoid. Selama proses pematangan gonad, karotenoid terakumulasi dalam hepatopankreas. Selama vitelogenesis, karotenoid diangkut ke dalam hemolimpha sebagai karotenoglikolipoprotein yang terakumulasi dalam telur sebagai bagian dari protein lipovitelin. Keuntungan pemberian pakan hidup pada induk udang adalah dikarenakan ketersediaan hormon atau prekusor-prekusor yang dikandungnya. Keberhasilan pemberian biomas artemia untuk pakan induk udang dikarenakan keberadaan hormon spesifik atau rantai analog peptida dari artemia yang cocok dan dibutuhkan oleh udang. Keunggulan cacing polikaeta digunakan sebagai pakan untuk maturasi induk udang dikarenakan kandungan hormon metil farnesoat yang dapat meningkatkan kinerja reproduksi. Manajemen Pemberian Pakan Program pemberian pakan pada budidaya udang putih merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan Adiwidjaya et al, 2005. Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan Adiwidjaya et al, 2005. Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan. Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini 1. ukuran pakan yang kita berikan 2. jumlah pakan yang diberikan 3. cara pemberian pakan 4. kontrol pakan di ancho 5. sampling Yang harus diperhatikan dalam kadar pakan butiran pakan. Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan capit dan mulut udang karena sangat penting menyangkut efisiensi kestabilan yang terlalu kecil dan terlalu besar,akan berakibat rendahnya efisiensi, dan akan cepat menurunkan kualitas air. 2. Jumlah pakan. ditentukan oleh jumlah tebar,nilai SR survival rate ,ukuran udang,dan tingkat feeding ratenya,lama cek ancho, kualitas air, fasilitas, tetapi untuk udang yang berumur 1 – 30 hari masih memakai feeding program. sedangkan kelanjutannya kita menggunakan kontrol ancho, dan cek saat sampling. 3. Cara pemberian pakan. pada saat pakan no. D 0 S pemberian pakan harus dicampur dengan air agar pemberian pakan rata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena pakan no D0 pakan dibasahi bisa ditebar keliling tanggul juga bisa dengan memakai rakit tergantung luas petak dan ketrampilan anak penting pakan jangan sampai tercecer di tanggul,dan harus tertebar merata di feeding area. Hindari penebaran pakan di dead zone. Pemberian pakan diancho diberikan setelah pakan selesai ditebar keseluruhan di petak atau kolam . Frekuensi pemberian pakan, awal kita berikan 3 kali sehari , kemudian 4 kali sehari dan 5 kali sehari. Jam pemberian diberikan pkl diatas jam jangan dilakukan pemberian pakan apapun alasannya karena saat itu kondisi kualitas air menurun, suhu turun, DO turun, H2S meningkat daya racun karena pH turun dan karyawan mengantuk. 4. Kontrol pakan di ancho. ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang, sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar, dan arusnya jangan terlalu kencang. Ancho berukuran 80 x 80 x10 cm. -umur 10 hari ancho sudah diturunkan -umur 20 hari ancho sudah diberi pakan sekedarnya -umur 25 hari ancho diberi 0,3 % dikontrol 2-2,5 jam. Apabila sampai umur 30 hari belum mau makan di ancho,makan pakan harus dipotong sampai 40 % 2 hari kemudian udang sudah mau makan di ancho dan bisa dikontrol. Usahakan selang 3 – 4 hari setelah bisa dikontrol pakan bertahap dinaikkan dan dikembalikan ke porsi pada saat udang umur 30 jumlah pakan disesuaikan dengan kemampuan makan udang. Bila umur 25 hari pakan sudah bisa di kontrol 2,5 jam penambahan pakan jangan mengikuti program tetapi bisa ditambah max 10 %sehingga pada umur 30 hari kemampuan pakan udang sudah bisa seperti pada pakan diikuti sesuai kemampuan makan udang dengan lama kontrol dan persen ancho bisa dikontrol selanjutnya mencari titik belum balan dalam arti masih kurang apabila ke 5 kali pemberian pakan habis semua pada jam pakan sudah menunjukan balan bila pakan pada jam sudah tidak kondisi sudah begini penambahan bisa dilakukan per 2 hari kontrol ancho tetap 5 kali sehari. Dalam kondisi urgensi, pakan harus diperkaya dengan 1. Vitamin multi vit, vit B komplek, vit C, vit E 2. mineral Ca, P, Si, copper,zinc 3. immunostimulan B glukan 4. Probiotik Bacillus sp Pakan Sesuai Umur Udang Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk. Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal. Umur 1-10 hari pakan 01 Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02 Umur 16-30 hari pakan 02 Umur 30-35 campuran 02 dengan 03 Umur 36-50 hari pakan 03 Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S. jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen. Kebutuhan pakan awal untuk setiap ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan viterna plus dan poc nasa yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen. No Umur Bobot gr Ukuran diet Dosis Pakan % Fekuensi pemberian x Pengamatan pada anco jam 1 Bulan 1 > 4 D-I 10 - 20 2 2 - 3 2 Bulan 2 5 - 10 D-I + D-II 6 - 10 3 2 3 Bulan 3 11- 21 D-II + D-III 4 - 6 4 1,5 - 2 4 Bulan 4 22 – 33 D-III 2 - 4 4-5 1 - 1,5 Pakan Udang • Diformulasi khusus untuk – Stadia pertumbuhan udang – Tingkatan intensif budidaya • Pakan yang seimbang – memenuhi semua kebutuhan nutrisi esensial udang Managemen pakan yang baik menghasilkan n Pertumbuhan udang yang optimal. n Perbandingan jumlah Pakan dan hasil panen FCR yang rendah. n Dasar kolam yang lebih bersih. n Kualitas air yang lebih stabil. n Biaya produksi yang rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan • Problem kualitas air DO, NH3, NO2, pH, plankton. • Cuaca panas, mendung, hujan lebat. • Kondisi bahan organik ditambak. • Temperatur Lingkungan / air. • Problem pakan attractan, terlalu keras, terlalu lunak. • Periode moulting. • Problem penyakit.ManajemenPakan Pada Pemeliharaan Larva Udang Vaname Manajemen Pakan Buatan. Pakan buatan merupakan pakan yang sengaja dibuat oleh manusia yang kandungan nutrisinya disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi larva. Dalam proses pemeliharaan larva udang Vaname, pemberian pakan buatan sangat berpengaruh dalam menunjang pertumbuhan larva.
Udang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu jenis udang yang telah berkembang pesat dan menjadi salah satu komoditas unggul di Indonesia. Udang vaname memiliki prospek dan keuntungan yang menjanjikan, juga permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya. Keunggulan yang dimiliki udang vaname ini menjadikan udang vaname banyak diminati dan menjadi salah satu spesies udang yang sering dibudidaya. Namun dalam kegiatan budidaya permasalahan yang muncul akan menjadi kendala, salah satu permasalahan yang dijumpai adalah kualitas lingkungan yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya penyakit pada udang, penyakit yang menyerang akan menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang yang dipelihara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada pakan terhadap pertumbuhan benih udang vaname. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan berat mutlak tertinggi pada perlakuan C = gr, kemudian B = gr, A = gr, D = gr dan E = Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi pada perlakuan C = mm, kemudian A = mm, B = mm, D = mm dan E = Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan E = kemudian A = B = C = dan D = Pemberian probiotik pada pakan menunjukan berbeda tidak nyata pada pertumbuhan berat benih udang vaname tetapi berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang benih udang vaname Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 13 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei Rully Tuiyo1, Arafik Lamadi2, Dewinta Pakaya3 1,2,3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Gorontalo Email dewipakaya98 Asal Negara Indonesia ABSTRAK Udang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu jenis udang yang telah berkembang pesat dan menjadi salah satu komoditas unggul di Indonesia. Udang vaname memiliki prospek dan keuntungan yang menjanjikan, juga permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya. Keunggulan yang dimiliki udang vaname ini menjadikan udang vaname banyak diminati dan menjadi salah satu spesies udang yang sering dibudidaya. Namun dalam kegiatan budidaya permasalahan yang muncul akan menjadi kendala, salah satu permasalahan yang dijumpai adalah kualitas lingkungan yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya penyakit pada udang, penyakit yang menyerang akan menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang yang dipelihara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada pakan terhadap pertumbuhan benih udang vaname. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Dari hasil penelitian menghasilkan perlakuan C dengan pertumbuhan mutlak tertinggi = gr, perlakuan B = gr, perlakuan A = gr, perlakuan D = gr dan pada perlakuan E = Untuk pertumbuhan panjang mutlak tertinggi pada perlakuan C = mm, kemudian A = mm, B = mm, D = mm dan E = Selanjutnya hasil penelitian Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan E = kemudian perlakuan A = perlakuan B = perlakuan C = dan perlakuan D = Pemberian probiotik pada pakan menunjukan berbeda tidak nyata pada pertumbuhan berat benih udang vaname tetapi berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang benih udang vaname Kata kunci Udang Vaname; Probiotik; Pakan dan Pertumbuhan ABSTRACT Vannamei shrimp Litopenaeus vannamei is one type of shrimp that has proliferated and has become one of the leading commodities in Indonesia. Vannamei shrimp has promising prospects and profits, as well as market demand that continues to increase yearly. The advantages of this vaname shrimp make vaname shrimp much in demand and become one of the shrimp species that are often cultivated. However, in aquaculture activities, problems that arise will become obstacles. One of the problems encountered is the declining environmental quality, causing disease in shrimp, diseases that attack will inhibit the growth and survival of the kept shrimp. This study aims to determine the effect of giving probiotics to feed on the growth of vaname shrimp seeds. This study used a completely randomized design CRD method with five treatments and three replications. The results showed the highest absolute weight growth in treatment C = gr, then B = gr, A = gr, D = gr, and E = The highest absolute length growth was in treatment C = mm, then A = mm, B = mm, D = mm, and E = The highest survival rate was in treatment E = then A = B = C = and D = The provision of probiotics in the feed showed no significant difference in the weight growth of white vaname shrimp seeds but a significantly different in the length growth of white vaname shrimp seeds. Keywords Vaname Shrimp; Probiotics; Feed and Growth 1. PENDAHULUAN Udang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu jenis udang yang telah berkembang pesat dan menjadi salah satu komoditas unggul di Indonesia. Udang vaname memiliki prospek dan keuntungan yang menjanjikan, juga permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data DJPB 2016, pada tahun 2014 produksi budidaya udang vaname mencapai ton dan tahun 2015 meningkat mencapai Hal ini membuktikan bahwa udang vaname memiliki potensi pasar yang besar. Udang vaname juga dianggap mampu menggantikan udang windu Penaeus monodon sebagai organisme budidaya. Pada tahun 2001 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001 udang vaname dikenalkan dan mulai dibudidayakan di Indonesia. Pada saat itu udang vaname menggantikan JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 14 udang windu yang mulai terserang penyakit virus dan mengakibatkan produksi udang windu menurun Pratama et al., 2017. Keunggulan yang dimiliki udang vaname ini menjadikan udang vaname banyak diminati dan menjadi salah satu spesies udang yang sering dibudidaya. Namun dalam kegiatan budidaya permasalahan yang muncul akan menjadi kendala, salah satu permasalahan yang dijumpai adalah kualitas lingkungan yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya penyakit pada udang, penyakit yang menyerang akan menghambat perkembangan organisme udang yang dipelihara. Pertumbuhan organisme yang dipelihara udang merupakan hasil yang sangat diharapkan dalam suatu kegiatan budidaya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan udang yaitu kesesuaian pakan serta kandungan nutrisi pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang kurang dan tidak tercukupnya nutrisi pakan akan menyebabkan pertumbuhan udang terganggu akan tetapi sebaliknya pemberian pakan yang berlebihan serta sisa pakan yang tidak habis dimakan udang akan berdampak pada penurunan kualitas perairan Megawati, 2017. Probiotik merupakan agen hayati yang memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya dan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan inang udang. Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non pathogen yang membawa pengaruh baik untuk organisme budidaya serta memperbaiki kualitas lingkungan, memperbaiki pemanfaatan nutrisi pakan serta dapat meningkatkan respon imun inang terhadap penyakit Widanarni et al., 2014. Pengaplikasian probiotik dalam budidaya dapat diberikan melalui air dan pakan, pakan hidup rotifer dan artemia maupun pakan buatan. Menurut Setiawati et al. 2013 pemberian probiotik dalam pakan akan berpengaruh pada saluran pencernaan yang dapat membantu proses penyerapan makanan sehingga menghasilkan petumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal. Berdasarkan uraian masalah diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pemberian dosis berbeda terhadap pertumbuhan benih udang vaname Litopenaeus vannamei dengan pemberian probiotik dalam pakan. Sehingga dapat diketahui dosis probiotik yang terbaik dalam pertumbuhan benih udang vaname Litopenaeus vannamei. 2. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan model Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Perlakuan A = Pemberian Probiotik dengan dosis 20 ml/kg pakan, Perlakuan B = Pemberian Probiotik dengan dosis 25 ml/kg pakan, Perlakuan C = Pemberian Probiotik dengan dosis 30 ml/kg pakan, Perlakuan D = Pemberian Probiotik dengan dosis 35 ml/kg pakan, dan Perlakuan E = Kontrol Tanpa pemberian probiotik. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 30 hari, berlokasi di Balai Perikanan Budidaya Laut dan Payau BPBLP di Desa Lamu, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. pengidentifikasian bakteri bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah udang vaname stadia post larva umur 10 hari dengan padat tebar 20 ekor/liter. Benih udang vaname diperoleh dari hatchery udang vaname Balai Perikanan Budidaya Laut dan Payau, sebelum digunakan udang diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 hari, udang diseleksi dengan melihat ukuran tubuh dan berenang aktif. Analisis Data Analisis data yang didapatkan yaitu hasil pengukuran pertumbuhan panjang dan pertumbuhan berat benih, hasil analisis perhitungan menggunakan Analisis Ragam ANOVA. Tabel 1. Analisys of variance ANOVA 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengujian bakteri probiotik yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Fakultas MIPA, UNG menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh dari probiotik yang dibuat dengan cara fermentasi, memperoleh jenis bakteri Lactobacillus dengan perhitungan total koloni yang diperoleh yaitu x 106 CFU/ml. Total koloni yang diperoleh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang menyatakan syarat minumum nilai total bakteri probiotik sebanyak 106 CFU/ml Gambar 6. Bakteri Lactobacillus. Sumber Dokumentasi Pribadi, 2020 Bakteri yang dihasilkan memiliki morfologi koloni berbentuk bulat, warna krem/putih susu, permukaan halus dan cembung, pinggiran rata dan tidak tembus cahaya menunjukkan bahwa bakteri Lactobacillus sesuai dengan pernyataan Wardinal et al. 2019. Juga dilihat secara mikroskopis dengan JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 15 cara pewarnaan gram memperoleh hasil sel berwarna ungu, berbentuk batang, tidak membentuk spora. Bakteri Lactobacillus ini diperoleh dari yakult yang difermentasi dengan bahan-bahan prebiotik yang mendukung pertumbuhan Lactobacillus yang kemudian akan dicampurkan pada pakan untuk diberikan pada benih udang vaname. Lactobacillus yang dicampur dalam pakan akan mengalami pertumbuhan dan menghasilkan zat antimikroba yang dapat menghambat bakteri pathogen. Selain itu Lactobacillus yang dicampurkan dalam pakan akan meningkatkan kualitas pakan dengan cara fermentasi pakan Syadillah et al., 2020. Lactobacillus merupakan bakteri yang memberikan pengaruh baik bagi inangnya, memilki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri pathogen dengan cara mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana, dari senyawa sederhana ini akan menghasilkan asam laktat kemudian akan membentuk pH yang rendah pada kondisi asam inilah Lactobacillus akan menghambat bakteri pathogen. Selain itu Lactobacillus memilki kemampuan meningkatkan kecernaan pakan dalam saluran pencernaan yang mudah dicerna oleh usus. Sama halnya yang di kemukakan oleh Anwar et al. 2016 Bakteri Lactobacillus berfungsi merubah karbohidrat menjadi asam laktat kemudian dari asam laktat akan menghasilkan suasana asam, pada suasana asam bakteri memiliki kemampuan dalam menghambat bakteri pathogen. Selain itu dalam usus bakteri akan produksi enzim yang merubah protein menjadi asam amino yang akan diserap oleh usus dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan organisme budidaya. Namun aktivitas dan fungsi bakteri Lactobacillus ini akan optimal apabila Lactobacillus tumbuh dengan baik dan menempati tempat yang mendukung pertumbuhannya. Faktor lingkungan serta komposisi media pertumbuhan mempengaruhi pertumbuhan bakteri probiotik Williams, 2010. Derajat keasaman pH, suhu serta garam empedu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian Okfrianti et al. 2018 peningkatan jumlah koloni bakteri pada suhu 490 C, kemudian mengalami pada suhu 640 mengalami penurunan. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri yaitu 30°C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada laju pertumbuhan melalui pengaruhnya diantaranya reaksi kimia dan stabilitas struktur molekul protein. Selanjutnya pH, pada pH 2 akan menurunkan jumlah koloni bakteri dan peningkatan keasaman paling tinggi pada pH 6. Kemudian kosentrasi garam sampai bakteri memilki ketahanan hidup, tidak ada peningkatan maupun penurunan jumlah koloni Okfrianti et al., 2018. Selain itu, juga menurut pernyataan Suciati et al. 2016 Lactobacillus mampu tumbuh pada pH 5-9, kadar garam 10-40 ppt. Pertumbuhasan Berat Udang Vaname Hasil perhitungan pertumbuhan berat mutlak benih udang vaname yang dipelihara dengan pemberian probiotik memperoleh berat tertinggi pada perlakuan C dosis 30 ml/kg pakan dengan berat disusul oleh perlakuan B dosis 25 ml/kg pakan dengan berat perlakuan A dosis 20 ml/kg pakan dengan berat kemudian perlakuan D dosis 35 ml/kg pakan dengan berat dan terendah pada perlakuan E kontrol dengan berat Gambar 1. Grafik pertimbuhan berat mutlak benih udang vaname Pertumbuhan berat benih udang vaname yang dipelihara selama 30 hari pada perlakuan yang menggunakan probiotik memberikan pertumbuhan berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian probiotik. Hal ini dikarenakan probiotik yang diberikan mampu memacu pertumbuhan benih udang vaname Berdasarkan pernyataan Basir 2013 penggunaan probiotik membantu penyerapan nutrisi pakan ke dalam tubuh dan mampu meningkatkan imunitas tubuh udang sehingga memacu pertumbuhan udang yang dipelihara mengunakan probiotik. Proses penyerapan makanan di dalam saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh pemberian probiotik dalan pakan. Menurut Malik 2008 pemberian bakteri probiotik langsung pada pakan akan memperbaiki mutu pakan. Probiotik yang diberikan juga dibuat dengan bahan-bahan yang membantu dalam pertumbuhan benih udang salah satunya dengan penambahan temulawak dalam probiotik kemudian disemprotkan ke pakan benih udang, berdasarkan pernyataan Prastito et al. 2018 pemberian temulawak pada pakan memberikan banyak manfaat bagi tubuh terutama untuk immunostimulan dan pertumbuhan. Hal ini karena temulawak memiliki kandungan kurkumin yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan dengan cara menambah nafsu makan. Selain itu probiotik mengandung sejumlah bakteri yang menguntungkan untuk kesehatan JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 16 organisme dan perbaikan daya cerna. Probiotik yang digunakan mengandung bakteri lactobacillus, yang menurut Syadillah et al. 2020 pemberian lactobacillus mempengaruhi pertumbuhan udang dengan cara meningkatkan selera makan udang vaname dikarenakan adanya bau atraktan atau zat kimia penarik yang membuat udang bergerak mendekati pakan yang tercampur dengan probiotik sehingga pertumbuhan vaname lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemberian probiotik. Hasil penelitian pemberian probiotik pada pakan yang dicobakan terhadap benih udang menunjukkan bahwa dosis probiotik 30 ml memberikan pertumbuhan tertinggi dari perlakuan lainnya, pada pemberian dosis probiotik 35 ml menunjukkan angka pertumbuhan yang rendah hampir sama dengan perlakuan kontrol tanpa pemberian probiotik, hal ini membuktikan pemberian probiotik dengan jumlah yang besar tidak meningkatkan pertumbuhan, dengan demikian pemberian dosis probiotik tertentu secara tepat akan membantu pertumbuhan benih udang. Sesuai dengan pernyataan Usman dan Rochmady 2017 dengan memberikan dosis probiotik yang tepat akan membantu udang dalam memanfaatkan pakan secara baik sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan udang sehingga berpengaruh pada pertumbuhannya. Tabel 2. Analisis Ragam Berat Mutlak Benih Udang Hasil analisis ragam pengaruh pemberian probiotik pada pakan udang menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap hasil pertumbuhan berat mutlak benih udang, karena data yang diperoleh tidak signifikan. Hasil perhitungan analisis sidik ragam yang menunjukkan berbeda tidak nyata tidak menentukkan bagus tidaknya suatu perlakuan yang diuji cobakan untuk pertumbuhan benih udang vaname. Hasil pertumbuhan berat benih udang diduga karena pakan yang diberikan tidak dimakan secara merata oleh benih udang sehingga pertumbuhan berat setiap udang tidak sama dan tidak signifikan. Sesuai dengan pernyataan Supito 2017 tidak semua udang memiliki pergerakan yang sama, ada yang aktif mencari makan dan ada yang cenderung berdiam diri sehingga pakan yang diberikan tidak dimakan secara merata oleh benih udang, dan mempengaruhi pada pertumbuhan benih vaname. Selain itu tingkat nafsu makan udang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu. Pada suhu tinggi udang dapat hidup normal dan optimal, nafsu makan udang meningkat karena pakan yang diberikan cepat habis dimakan, akan tetapi pada suhu yang rendah dibawah 25°C metabolisme udang menjadi rendah dan akan mempengaruhi nafsu makan menurun hingga 50% serta menyebabkan pakan yang diberikan tidak habis, sehingga hal ini mempengaruhi pertumbuhan udang tidak optimal. Pertumbuhan Panjang Udang Vaname Hasil data pertumbuhan panjang mutlak benih udang vaname dengan pemberian probiotik, urutan tertinggi pada perlakuan C dosis 30 ml/kg pakan dengan panjang kemudian perlakuan A dosis 20 ml/kg pakan dengan panjang perlakuan B dosis 25 ml/kg pakan dengan panjang kemudian perlakuan D dosis 35 ml/kg pakan dengan panjang sedangkan yang terendah pada perlakuan E kontrol dengan panjang Gambar 2. Grafik pertumbuhan mutlak benih udang vaname Pertumbuhan panjang benih udang vaname yang diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan yang menggunakan probiotik dan terendah pada perlakuan kontrol tanpa pemberian probiotik. Sama halnya dengan hasil pertumbuhan berat mutlak benih udang, bahwa penggunaan probiotik memberikan pertumbuhan tertinggi. Sesuai dengan pernyataan Basir 2013 penggunaan probiotik membantu dalam penyerapan nutrisi pakan ke dalam tubuh dan mampu meningkatkan imunitas tubuh udang sehingga memacu pertumbuhan udang yang dipelihara menggunakan probiotik. Menurut Tahe et al. 2015 Pemberian probiotik dalam pakan dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan, hal ini karena adanya enzim yang diproduksi oleh bakteri probiotik. Berdasarkan analisis ragam juga menunjukkan pemberian probiotik pada pakan untuk pertumbuhan panjang mutlak benih udang vaname menunjukkan berbeda nyata Fhitung > Ftabel α = 0,05. Tabel 3. Analisis ragam panjang mutlak benih udang Hasil analisis ragam pengaruh pemberian probiotik pada pakan udang menunjukkan berbeda nyata pada pertumbuhan panjang mutlak. Pertambahan panjang benih udang terjadi diduga JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 17 karena penambahan bakteri probiotik yang memiliki kemampuan dalam mempercepat penyerapan protein sehingga hasilnya udang mengalami pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan Fernando 2016 udang vaname yang dipelihara dengan penambahan probiotik cenderung memberikan pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan tanpa penambahan probiotik. Data analisis ragam menunjukkan berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang dan berbeda tidak nyata pada berat udang, hal ini kemungkinan dikarenakan pakan yang diberikan tidak dimakan secara merata oleh udang dan menyebabkan benih udang hanya mengalami pertumbuhan panjang. Selain itu kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan tidak termanfaatkan secara baik oleh udang. Menurut Sudaryono 2005 kekurangan protein akan mengakibatkan hambatan terhadap pertumbuhan karena diikuti dengan berkurangnya berat tubuh, sedangkan protein pakan yang berlebihan hanya sebagian yang dimanfaatkan untuk pembetukan protein dalam tubuh sisanya diubah menjadi energi. Menurut Supito 2017 agar pertumbuhan udang vaname yang dibudidaya dapat tumbuh dengan baik maka pola pemberian pakan dan jumlah pakan yang diberikan harus tepat. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian probiotik berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih udang, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil BNT untuk mengetahui taraf yang berbeda dari perlakuan yang dicobakan. Tabel 4. Uji Beda Nyata Terkecil BNT Setelah perhitungan uji lanjut menunjukkan bahwa pada taraf uji 5% pengaruh pemberian probiotik terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih udang pada dosis 30 ml/kg pakan hanya berbeda tidak nyata dengan pemberian probiotik pada dosis 20 ml/kg pakan dan dosis 25 ml/kg pakan, dan berbeda nyata pada perlakuan pemberian probiotik dosis 35 ml/kg pakan dan perlakuan kontrol tanpa pemberian probiotik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik untuk pertumbuhan benih udang adalah pemberian probiotik dengan dosis 30 ml/kg pakan kemudian dosis 20 ml/kg pakan dan dosis 25ml/kg pakan. Kelangsungan Hidup Hasil perhitungan data tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname selama pemeliharaan 30 hari, persentasi tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol kemudian perlakuan A dosis probiotik 20 ml/kg pakan dengan nilai disusul oleh perlakuan B dosis probiotik 25 ml/kg pakan dengan nilai dan perlakuan C dosis probiotik 30 ml/kg pakan dengan nilai sedangkan terendah pada perlakuan D dosis probiotik 35 ml/kg pakan dengan nilai Hal ini disajikan pada gambar berikut. Gambar 3. Grafik kelangsungan hidup benih udang vaname Hasil perhitungan tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname menunjukkan perlakuan yang tanpa pemberian probiotik kontrol lebih tinggi persentasenya dari perlakuan lainnya. Persentase tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname menunjukkan semakin tinggi dosis probiotik yang diberikan semakin rendah tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh dari pemeliharaan benih udang yang dicobakan, hal ini berbanding terbalik dengan data hasil pertumbuhan benih yang diperoleh. Kelangsungan hidup yang diperoleh masih dalam kategori normal untuk udang karena memperoleh nilai SR diatas 50%, menurut Arsad et al. 2017 kategori baik nilai kelangsungan hidup >70% SR, kategori sedang 50-60% dan kategori rendah <50%. Tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname pada perlakuan pemberian probiotik dalam pakan menunjukkan jumlah dosis probiotik yang diberikan menyebabkan nilai persentase benih udang menurun dimana semakin tinggi dosis probiotik maka semakin menurun nilai kelangsungan hidup benih udang. Hal ini diduga karena konsentrasi bakteri yang diperlukan benih udang jumlahnya tidak sesuai, sehingga tidak terjadi keseimbangan antara bakteri yang ada dalam pencernaan dengan bakteri yang masuk dari pemberian probiotik pada pakan. Berdasarkan pernyataan Atlas dan Richard 1993 dalam Putri et al. 2012 persaingan dalam pengambilan substrat atau yang disebut nutrisi terjadi karena adanya kepadatan bakteri yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan aktivitas bakteri terhambat. Bakteri dapat mengalami sporulasi ketika jumlah bakteri terlalu banyak dan dapat menghambat aktivitas serta fungsi bakteri lactobacillus sp menjadi tidak optimal. Aktifitas molting benih udang juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup karena sifat kanibalisme udang. Benih udang yang sedang JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 18 molting akan mudah dimangsa oleh udang lain yang sedang tidak molting, karena udang yang sedang molting memiliki kondisi lemah. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa kali dijumpai bahwa benih udang yang sedang molting sering dikejar-kejar dan jadi rebutan dan ditemukan mati dimakan oleh temannya yang tidak molting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggoro 1991 dalam Anita et al. 2017 proses molting antara udang satu dengan udang lainnya yang tidak bersamaan, akan mengakibatkan sifat kanibalisme terhadap udang yang dalam kondisi lemah saat molting setelah itu dapat menyebabkan kematian. Selain itu, tingkat kelangsungan hidup benih dipengaruhi oleh kurangnya ruang gerak benih, serta kualitas maupun kuantitas pakan yang telah diberikan. Hasil perhitungan analisis ragam kelangsungan hidup benih udang vaname pada tabel dibawah. Tabel 5. Hasil analisis ragam kelangsungan hidup benih udang Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil berbeda tidak nyata terhadap kelangsungan hidup benih udang karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel taraf uji 5%. Hasil perhitungan analisis sidik ragam yang diperoleh bukan menjadi faktor penentu bagus tidaknya suatu perlakuan yang diuji cobakan untuk kelangsungan hidup benih udang akan tetapi hanya saja hasil yang diperoleh menunjukkan tidak signifikan selain itu nilai kelangsungan hidup yang diperoleh berada pada kisaran normal nilai kelangsungan hidup untuk benih udang vaname yaitu lebih dari 50% Kualitas Air Kualitas air yang diperoleh selama penelitian pemeliharaan benih udang dengan pemberian probiotik pada pakan disajikan pada tabel berikut. Tabel 6. Pengukuran kualitas air Kualitas air pemeliharaan benih udang menunjukkan masih dalam kisaran yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang vaname, ditambah dengan penggunaan probiotik pada pakan udang. Berdasarkan referensi terdahulu aplikasi probiotik dapat mempertahankan kualitas air dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen. Suhu merupakan parameter fisika air yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan. Suhu air selalu naik dan turun sepanjang hari mengikuti kondisi udara dan terik matahari. Perbedaan suhu air lebih dari 2°C kurang baik untuk kehidupan udang. Suhu yang diperoleh selama penelitian memiliki kisaran suhu pagi 26°C - 27°C dan sore 28°C - berdasarkan pernyataan Haliman dan Adijaya 2005 kisaran suhu yang optimal untuk mendukung pertumbuhan udang vaname antara 26°C - 32°C. Menurut Santosa dan Dhimas 2013 menyatakan Suhu air yang cocok untuk pertumbuhan udang 25°C - 32°C dengan rentang perbedaan siang dan malam kurang lebih 5°C. Suhu dibawah 25°C akan menyebabkan pertumbuhan menurun, karena suhu berpengaruh dalam peningkatan aktivitas makan udang. Suhu yang rendah dan terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada udang. Dengan demikian suhu air pemeliharaan selama penelitian mendukung pertumbuhan benih udang yang dipelihara, juga terhadap laju metabolisme udang. DO Deman Oxygen oksigen terlarut sangat berhubungan dengan suhu air, semakin tinggi suhu perairan maka semakin rendah oksigen terlarut begitu sebaliknya. Ketersediaan oksigen terlarut menentukkan aktivitas organisme yang dipelihara. Apabila oksigen terlarut tidak memenuhi kebutuhan maka akan menghambat semua aktivitas organisme. Menurut Zonneveld et al. 1991 dalam Rakhfid et al. 2018 ketersediaan oksigen dalam budidaya udang mempunyai kepentingan dalam 2 aspek kebutuhan yaitu kebutuhan lingkungan pada spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang berpengaruh terhadap metabolisme udang. Oksigen terlarut yang diperoleh selama pemeliharaan menunjukkan kisaran toleransi dalam pemeliharaan benih udang untuk pertumbuhan, sama halnya dikemukakan oleh Fegan 2003 konsentrasi oksigen terlarut untuk pemeliharaan udang vaname berkisar 3 - 8 mg/l. baik buruknya perairan dapat diketahuidari derajat keasaman pH. Berdasarkan hasil pengukuran nilai pH yang diperoleh selama pemeliharaan benih udang adalah 6 - yang menunjukkan masih pada kisaran yang baik untuk benih udang, menurut Ariadi et al. 2020 derajat keasaman pH yang baik untuk kelangsungan hidup udang berkisar pada pH 6 - 9. Salinitas air pemeliharaan benih udang berkisar 26 - 34 ppt, dengan salinitas awal tebar 30 ppt dan semakin naik seiring dengan dengan bertambah hari sampai akhir penelitian. Kisaran salinitas ini masuk dalam kategori tidak baik untuk pertumbuhan udang vaname sesuai dengan pernyataan Herdianti et al. 2015 kualitas air yang optimum 10-25 ppt. Haliman dan Adijaya 2005 menambahkan bahwa salinitas yang terlalu tinggi bisa menyebabkan udang kesulitan berganti kulit karena kulit udang cenderung keras dan kebutuhan energi meningkat untuk proses adaptasi. JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 19 Namun pernyataan Saoud et al. 2003 udang vaname bisa hidup pada perairan yang memilki salinitas berkisar - ppt. selain itu berdasarkan pernyataan Xincai dan Yongquan 2001 dalam Rakhfid et al. 2018 bahwa salinitas yang optimal untuk udang vaname dengan kisaran antara 5 - 35 ppt. Dengan demikian salinitas yang diperoleh dari penelitian berada pada kondisi layak untuk kehidupan benih udang vaname. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian probiotik pada pakan menunjukkan berbeda tidak nyata pada pertumbuhan berat benih udang vaname tetapi berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang benih udang vaname, serta pemberian dosis terbaik penggunaan probiotik adalah 30 ml/kg pakan menunjukkan pertumbuhan tertinggi benih udang vaname. Saran Dari penelitian ini maka perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan probiotik lactobacillus yang diaplikasikan pada air pemeliharaan dan pada salinitas 15-25 ppt. DAFTAR PUSTAKA Anita, A. W., Muhamad, A., dan Tri, Y. M. 2017. Pengaruh Perbedaan Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei. PENA Akuatika Volume 16 No. 1 , 12-18. Anwar, Syaiful., Muhammad, Arief., dan Agustono. 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik Komersial Pada Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Journal of Aquaculture and Fish Healt Vol. 5, No. 2, 1-6. Ariadi, H., Abdul, W., & Supriatna. 2020. Hubungan Kualitas Air Dengan Nilai FCR Pada Budidaya Intensif Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Jurnal Ilmu Perikanan, ISSN 2086-3861, Volume 11, Nomor 1, 44-50. Basir, B. 2013. Kinerja Probiotik Lactococcus lactis Dalam Saluran Pencernaan Udang Vanamei Litopenaeus vannamei Dengan Pemberian Pakan Yang Disuplemen Prebiotik Kacang Hijau. Tesis Program Pasca Sarjana, 57 hal. Fernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Skripsi. Universitas Airlangga, 68 halm. Haliman, R. W., dan Adijaya, S. D. 2005. Udang vaname Litopenaeus vannamei. Jakarta Penebar Swadaya. Herdianti, L., K. Soewardi., S. Hariyadi. 2015. Efektivitas Penggunaan Bakteri untuk Perbaikan Kualitas Air Media Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei Super Intensif. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 3 265-271. Megawati. 2017. Identifikasi Jamur Pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei Yang Dibudidaya Secara Semi Intensif dan Intensif . Skripsi. Universitas Hasanuddin, 33 halm. Okfrianti, Y., Darwis, & Pravita, A. 2018. Bakteri Asam Laktat Lactobacillus plantarum C410LI dan Lactobacillus rossie LS6 yang Diisolasi Dari Lemea Rejang Terhadap Suhu, pH dan Garam Empedu Berpotensi Sebagai Prebiotik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 6, 49-58. Prastito, Pinandoyo, Ristiwan, A. N., dan Vivi, E. H. 2018. The Effect Of Addition Curcuma’s Curcuma Xanthorrhiza Roxb Extract To The Increase Of Feed Consumption, Efficiency And The Growth Of Catfish Pangasius. AQUASAINS Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan Vol 7 No. 1, 638-645. Pratama, A., Wardiyanto, dan Supono. 2017. Studi Performa Udang Vaname Litopenaeus vannamei Yang Dipelihara Dengan Sistem Semi Intensif Pada Kondisi Air Tambak Dengan Kelimpahan Plankton Yang Berbeda Pada Saat Penebaran. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, Volume VI, Nomor 1, 643-652. Putri, F. S., Zahidah, H., dan Kiki, H. 2012. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Pada Pelet Yang Mengandung Kaliandra Calliandra calothyrsus Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus. Jurnal Perikanan dan kelautan, ISSN 2088-3137 Volume 3 Nomor 4, 283-291. Rakhfid, A., Wa ode, H., Rochmady, dan Fendi. 2018. Aplikasi Probiotik Untuk Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Vaname Litopenaeu vannamei Pada Padat Tebar Berbeda. Akuatikisle, 41-48. Setiawati, J. E., Tarsim, Y. T. Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin Pangasius hypophthalmus. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, Vol 12 151-162. JVST 21, 13 - 20 Tuiyo R, Lamadi A, Pakaya D doi p-issn/e-issn 2808-5531/2809-6223 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH UDANG VANAME Litopenaeus vannamei 20 Supito. 2017. Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vannamei Litopenaeus Vannamei. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau BBPBAP Jepara. ISBN 978-602-61170-3-8, pp 25. Syadillah, A., Siti, H., dan Muhammad, M. 2020. Pengaruh Penambahan Bakteri Lactobacillus Sp. Dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Jurnal Perikanan, Volume 10. No. 1, 8-12. Tahe, S., H. S. Suwoyo., dan M. Fahrur. 2015. Aplikasi Probiotik Rica Dan Komersial Pada Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei Pola Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Hlm 435-445. Usman, A., dan Rochmady. 2017. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Pasca Larva Udang Windu Penaeus monodon Fabr. Melalui Pemberian Probiotik Dengan Dosis Berbeda. Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, EISSN 2598-8298 Vol. 1 No. 1, 19-26 Widanarni, Jeanni, I. N., dan Sukenda. 2014. Prebiotik, Probiotik dan Sinbiotik untuk Mengendalikan Koinfeksi Vibrio harveyi dan IMNV pada udang vaname. Jurnal Akuakultur Indonesia, 13 1, 11-20. Williams NT. 2010. Probiotics. American Journal Of Health-System Pharmacy AJHP Official Journal Of The American Society Of Health-System Pharmacists 67 449–458. DOI ... Pertumbuhan udang vaname yang dibudidaya pada lokasi pengabdian masyarakat termasuk cepat karena pada usia 8 minggu sudah berukuran panjang rata-rata 7 cm. Hasil penelitianTuiyo et al., 2001 terhadap pertumbuhan panjang benih udang vaname diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan yang menggunakan probiotik dan terendah pada perlakuan kontrol tanpa pemberian probiotik.Sama halnya dengan hasil pertumbuhan berat mutlak benih udang, bahwa penggunaan probiotik memberikan pertumbuhan tertinggi. Probiotik membantu dalam penyerapan nutrisi pakan ke dalam tubuh dan mampu meningkatkan imunitas tubuh udang sehingga memacu pertumbuhan udang yang dipelihara menggunakan probiotikBuana Basir, 2013.Tahe et al., 2015 menambahkan bahwa pemberian probiotik dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan karena mikroorganisme yang terdapat dalam probiotik mampu menghasilkan enzim yang membantu mengurai makanan didalam tubuh 6. Anco tempat memberi makan dan wadah sampling udang vaname Gambar 7. Pakan pellet dan probiotik yang digunakan Probiotik EM4 mengandung berbagai macam mikroorganisme diantaranya Lactobacillus. ...Aminin AmininUmmul FirmaniMuhammad SyaifullahDemplot pendederan udang vaname Litopenaeus vannamei pada Kegiatan pengabdian masyarakat program studi budidaya perikanan bertujuan untuk deseminasi teknologi. Melalui program tersebut diharapkan mampu meningkatkan angka kehidupan udang vaname SR yang dipelihara pada tambak tradisional. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Wadak Kecamatan Duduk Kabupaten Gresik. Menurunnnya daya dukung lahan serta keseimbangan linkungan, mengakibatkan nilai angka kehidupan benih udang yang ditebar nilainya sangat rendah. Beberapa upaya telah dilakukan seperti penambahan input benih yang lebih banyak dari biasanya, akan tetapi hasil hasil panen udang tidak mengalami peningkatan, justru sebaliknya semakin meningkatkan biaya operasional produksi, akibatnya keuntungan yang didapatkan semakin sedikit. Teknologi bioflok merupakan teknologi yang dikembangkan dengan memadukan penanganan buangan limbah hasil budidaya dan mereduksi jumlah penggunaan air. Secara umum teknik ini memiliki kelebihan seperti biaya operasional yang lebih kecil dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Berdasarkan hasil demplot yang dilaksankan selama 4 minggu pada mitra bintang muda didapatkan bahwa benih udang vaname tingkat Survival rate SR sebesar 70 %. Tingginya nilai tersebut diduga karena kesiapan pakan alami yang tersedia secara optimal. Diperkirakan panen udang lebih cepat dari biasanya. Biasanya udang vaname dapat panen pada umur 3- 4 bulan, namun dengan menggunakan teknik bioflok pada kolam terpal yang pada proses penggelondongan dilakukan selama 1 bulan, udang vaname dapat dipanen Pada umur – AnwarMuhammad AriefAgustono AgustonoUdang vaname Litopenaeus vannamei merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis penting di Indonesia. Dari tahun ke tahun permintaan udang vaname akan terus meningkat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan permintaan udang vaname adalah peningkatan produksi dengan mempercepat pertumbuhan ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik komersial pada pakan terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan udang vaname. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yakni dengan Rancangan Acak Lengkap RAL. Udang vaname dipelihara selama 35 hari dengan sepuluh perlakuan dan tiga ulangan. Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of Variance ANOVA dan dilanjutkan Uji Berjarak Duncan bila didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik pada pakan menghasilkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang berbeda nyata p<0,05. Pertumbuhan udang vaname Litopenaeus Vannamei yang terbaik terdapat pada perlakuan P9 sebesar 1,41 ± 0,08. Efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P9 sebesar 48,80 ± 1, dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Lactobacillus sp., terhadap pertumbuhan berat, panjang, SR Survival Rate dan FCR Feed Convertion Ratio udang vaname Litopenaeus vanamei. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 empat perlakuan dan 3 tiga ulangan dengan perlakuan P1 = 7%, P2 = 9%, P3 = 11% dan P4 = 13%. Lokasi penelitian di Desa Kidang dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian, pada tanggal 30 April-13 Mei tahun 2019. Pemeliharaan udang selama 45 hari kemudian diukur parameter atau pengaruh perlakuan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bacteri Lactobacillus sp. sebagai berikut pertumbuhan berat terendah yaitu pada P1 = 6,3667±0,17g/ekor sedangkan tertinggi pada P4 = 7,6±0,23g/ekor, pertumbuhan panjang terendah yaitu pada P1 = 4,4067±0,41cm/ekor sedangkan P4 = 5,4067±0,12cm/ekor, SR SurvivalRate terendah terdapat pada P1 = 76,6% sedangkan tertinggi pada P3 = 83,0% dan FCR Feed Comvertion Rate terendah terdapat pada P3 = 2,6067±0,15 sedangkan tertinggi terdapat pada P1 = 2,6067±0, Toedter WilliamsThe pharmacology, uses, dosages, safety, drug interactions, and contraindications of probiotics are reviewed. Probiotics are live nonpathogenic microorganisms administered to improve microbial balance, particularly in the gastrointestinal tract. They consist of Saccharomyces boulardii yeast or lactic acid bacteria, such as Lactobacillus and Bifidobacterium species, and are regulated as dietary supplements and foods. Probiotics exert their beneficial effects through various mechanisms, including lowering intestinal pH, decreasing colonization and invasion by pathogenic organisms, and modifying the host immune response. Probiotic benefits associated with one species or strain do not necessarily hold true for others. The strongest evidence for the clinical effectiveness of probiotics has been in the treatment of acute diarrhea, most commonly due to rotavirus, and pouchitis. More research is needed to clarify the role of probiotics for preventing antibiotic-associated diarrhea, Clostridium difficile infection, travelers' diarrhea, irritable bowel syndrome, ulcerative colitis, Crohn's disease, and vulvovaginal candidiasis. There is no consensus about the minimum number of microorganisms that must be ingested to obtain a beneficial effect; however, a probiotic should typically contain several billion microorganisms to increase the chance that adequate gut colonization will occur. Probiotics are generally considered safe and well tolerated, with bloating and flatulence occurring most frequently. They should be used cautiously in patients who are critically ill or severely immunocompromised or those with central venous catheters since systemic infections may rarely occur. Bacteria-derived probiotics should be separated from antibiotics by at least two hours. Probiotics have demonstrated efficacy in preventing and treating various medical conditions, particularly those involving the gastrointestinal tract. Data supporting their role in other conditions are often Perbedaan Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Udang VannameiA W AnitaA MuhamadY M Dan TriAnita, A. W., Muhamad, A., dan Tri, Y. M. 2017. Pengaruh Perbedaan Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Vannamei. PENA Akuatika Volume 16 No. 1, Probiotik Lactococcus lactis Dalam Saluran Pencernaan Udang Vanamei Litopenaeus vannamei Dengan Pemberian Pakan Yang Disuplemen Prebiotik Kacang Hijau. Tesis Program Pasca SarjanaB BasirBasir, B. 2013. Kinerja Probiotik Lactococcus lactis Dalam Saluran Pencernaan Udang Vanamei Litopenaeus vannamei Dengan Pemberian Pakan Yang Disuplemen Prebiotik Kacang Hijau. Tesis Program Pasca Sarjana, 57 Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang VanameE FernandoFernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname Litopenaeus vannamei.SkripsiSkripsi. Universitas Airlangga, 68 vaname Litopenaeus vannameiR W HalimanS D Dan AdijayaHaliman, R. W., dan Adijaya, S. D. 2005. Udang vaname Litopenaeus vannamei. Jakarta Penebar Penggunaan Bakteri untuk Perbaikan Kualitas Air Media Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei Super IntensifL HerdiantiK SoewardiS HariyadiHerdianti, L., K. Soewardi., S. Hariyadi. 2015. Efektivitas Penggunaan Bakteri untuk Perbaikan Kualitas Air Media Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei Super Intensif. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 3 OkfriantiDarwisA PravitaOkfrianti, Y., Darwis, & Pravita, A. 2018. Bakteri Asam Laktat Lactobacillus plantarum C410LI dan Lactobacillus rossie LS6 yang Diisolasi Dari Lemea Rejang Terhadap Suhu, pH dan Garam Empedu Berpotensi Sebagai Prebiotik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 6, 49-58.. 101 22 143 318 136 176 257 273